Pentingnya Menjaga Aib Orang Lain

Memjaga aib
ZAMAN sekarang gampang banget buat kita menemukan informasi keburukan orang lain. Entah itu bersifat fakta ataupun bohong. Enggak bisa dipungkiri, arus internet memudahkan penggunanya mengakses berbagai portal media sosial. Terutama informasi terkait pekerja seni di dunia hiburan. Namun, bukan hanya tokoh publik, orang lain pun enggak menutup kemungkinan dapat dibuka privasinya, bahkan keburukannya. Kita sama-sama tau bahwa media sosial akhir-akhir bermunculan berita viral dan sensasional. Kemudian menjadi perbincangan panas di laman media sosial.

Hiruk-pikuk enggak hanya terjadi di media sosial. Lingkungan sekitar pun enggak lepas dari membahas topik keburukan orang lain. Biasanya media yang digunakan adalah mulut ke mulut. Entah itu benar atau salah, selama yang dibahas seru dan asyik untuk digunjing, enggak peduli. Orang tampak bermudah-mudahan melakukannya karena dampaknya nggak terjadi secara langsung. Tentunya perbuatan ini merupakan salah satu perbuatan yang sebaiknya dihindari. Meskipun amat disayangkan, Masih banyak orang yang melakukannya walaupun orang itu tahu kalau menyebarkan aib orang lain adalah sesuatu yang enggak benar. 

Pentingnya Menjaga Aib Orang Lain, Untuk Kebaikan Bersama

Manusia itu nggak ada yang sempurna. Akan selalu memiliki sisi kurang dan buruknya. Sesuatu yang buruk dalam diri sendiri sebaiknya disimpan atau enggak ditampakkan kepada orang lain. Namun, saat ini banyak sekali orang yang terang-terangan mengatakan keburukan dengan dalih kalimat, “Gue enggak mau munafik, sih.” Padahal, aib dan munafik adalah sesuatu hal yang berbeda.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap ummatku dimaafkan, kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Sesungguhnya, termasuk menampakkan kemaksiatan adalah seseorang berbuat suatu perbuatan maksiat di malam hari kemudian di pagi harinya dia menceritakan perbuatannya tersebut, padahal Allah sendiri telah menutupinya. Dia mengatakan, ‘Hai Fulan! Tadi malam saya berbuat demikian dan demikian.’ Sepanjang malam Tuhannya telah menutupi aibnya, tetapi ketika pagi hari dia justru membuka penutup yang telah Allah tutupkan padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala telah menutup segala aib atau keburukan kita karena Allah memiliki sifat menutupi. Akan tetapi, manusia itu sendiri yang menguak aib dan keburukannya sendiri kepada orang lain. Aneh, ‘kan, Allah telah menyelimuti keburukan kita, tetapi kita malah menyibak keburukan kita sendiri terhadap orang lain. 

Memang, zaman udah berbeda. Hal buruk seakan-akan dinormalisasi dan dijadikan opsi dengan alasan ‘pilihan hidup’, kemudiannya didukung oleh orang lain yang memakluminya. Bukan merasa paling benar, melainkan bukankah sebagai manusia kita harus tetap menjaga hubungan baik dengan Allah (hablumminallah), bukan hanya dengan manusia (hablumminannas). Pada akhirnya, kita sebagai umat muslim mesti memahami pentingnya menjaga aib diri sendiri dan menjaga aib orang lain.

Kita memang perlu memvalidasi aib yang kita miliki. Justru dengan kita menyadari aib sendiri, Kita jadi bisa mengevaluasinya. Memahami keberadaan air, bukan untuk dimaklumi, melainkan untuk diperbaiki. Begitu pula ketika kita mendengar atau melihat aib orang lain, satu hal yang bisa kita ambil adalah jadikan pelajaran bagi diri kita sendiri dan menyimpan atau melupakannya, kemudian enggak disebarluaskan. Sebab, menjaga aib orang lain amat penting.

Pentingnya menjaga aib orang lain

Allah Menjaga Aib Hamba-Nya

Dalam bait-bait Nuniyyah-nya, Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan makna nama Allah,

وَهُوَ الْحَيِيُّ فَلَيْسَ يَفْضَحُ عَبْدَهُ عِنْدَ التَّجَاهُرِ مِنْهُ بِالْعِصْيَانِ

لَكِنَّهُ يُلْقِي عَلَيْهِ سِتْرَهُ فَهُوَ السِّتِّيْرُ وَصَاحِبُ اْلغُفْرَانِ

“Dan Dialah Al-Hayiyyu (Yang Maha Pemalu), Dia tidak akan membuka aib hamba-Nya saat hamba tersebut terang-terangan dalam bermaksiat.

Namun, Dia justru melemparkan tirai penutupnya, dan Dialah As-Sittiir (Yang Maha Menutupi) dan mampu memberikan ampunan.” (Dinukil dari An-Nahju Al-Asmaa’)

Dari situ Allah jelas-jelas memerintahkan kita untuk menjaga aib kita sendiri. Bahkan, Allah pun menutupi segala aib kita. Dengan begitu kita juga harus bisa menjaga aib orang lain. Ketika kita enggak sengaja melihat' atau mendengar keburukan orang lain simpan berita tersebut hanya sampai pada diri kita sendiri. Artinya kita nggak punya hak untuk menyebarluaskan kepada orang lain.

Coba deh pikirin kalau misalkan kita ada di posisi keburukan kita diomongin sama orang lain. Kalau keburukan yang dibicarakan itu adalah hal yang bohong tentu kita akan merasa enggak terima. Sebaliknya, ketika keburukan yang dibicarakan oleh orang lain itu adalah hal yang sifatnya fakta, kita akan merasa malu dan marah terhadap orang-orang yang membicarakan keburukan kita.

Dengan bisa memposisikan diri, kita akan lebih mudah berempati dan merasakan apa yang orang lain rasakan, sehingga kita lebih bisa mengendalikan diri untuk enggak menyebarkan aib orang lain. Sebab, menjaga aib orang lain adalah suatu kewajiban umat muslim dan juga manusia kepada manusia lainnya. 

Menghindari Perpecahan Silaturahmi

Pentingnya menjaga aib orang lain adalah supaya dapat terhindar dari perpecahan atau pertikaian. Sering kali kita menemukan sebuah pertikaian atau perdebatan yang terjadi karena dilandasi adanya aib yang menyebar. Ya, kalau aib seseorang disebarluaskan tanpa izinnya, pasti akan merasa marah dan malu. Apa lagi kalau disebarkan oleh teman yang dipercaya.

Zaman sekarang udah susah menemukan teman yang bisa menjaga rahasia. Kadang kala kita ingin cerita karena merasa lelah menahannya. Kalau salah tempat cerita, bukannya lega malah nambah beban. Dalam hal ini kita pun perlu berhati-hati dalam memilih teman cerita. Atau, banyak cara lain mengungkapkan perasaan seperti menulis atau konsultasi, apalagi kalau berkaitan dengan aib.

Pun, kita juga harus belajar untuk menjaga kepercayaan teman yang udah mau cerita ke kita. Kalau sesuatu yang diceritakan itu bersifat aib, coba untuk tetap berpikir positif dan menghargainya tanpa harus menghardik ataupun menyebarluaskan. Jadikan cerita teman kita sebagai bahan renungan diri dan pembelajaran hidup. Pengalaman hidup adalah Pelajaran yang baik untuk berkembang.

Kalau kita pandai memilih teman cerita dan orang lain pun pandai menjaga aib. Dijamin silaturahmi akan tetap terjaga. Sebagai sesama muslim tentunya harus saling menjaga hubungan baik.

Instrospeksi diri

Sulit untuk Evaluasi Diri

Pentingnya menjaga aib orang lain supaya seseorang tersebut bisa melakukan evaluasi terhadap aibnya. Allah memang menutup aib hamba-Nya. Namun, kita juga harus sadar diri dan mulai mengevaluasi diri agar dapat menjadi lebih baik lagi. Nah, kalau malah kita sendiri yang menyebar aib seseorang, bukanlah akan menghalangi seseorang untuk evaluasi diri?

Kalau dipikir-pikir kok ada, ya, orang yang dengan tega membicarakan keburukan orang lain kepada orang lainnya? Esensinya apa? Bukankah kita harus membantunya untuk mengevaluasi? Kalau kita melihat keburukan orang lain, ya, sampaikan aja langsung ke orang tersebut supaya bisa introspeksi. Bukan malah disebar ke orang lain yang enggak ada hubungannya.

Meskipun berdalih dengan, “Ya, ini buat pembelajaran aja buat kita!”

Enggak, itu bukan pembenaran, alasan doang biar bisa ngomongin orang, ‘kan? Banyak cara lain untuk mendapatkan pembelajar hidup tanpa harus ngomongin orang lain. Pada akhirnya malah berujung jadi ghibah! Apalagi di bulan Ramadan yang suci ini, pentingnya menjaga aib orang lain agar amal yang dilakukan di bulan puasa enggak sia-sia.


Referensi

https://muslim.or.id/81266-allah-maha-menutupi-aib-hamba-nya.html

https://almanhaj.or.id/4112-metode-bijak-memperbaiki-aib.html

https://rumaysho.com/21684-bulughul-maram-akhlak-bantu-orang-susah-dan-menutupi-aib-muslim.html

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url