Etika: Cara Memanfaatkan Media Sosial dengan Baik

Etika bermedia sosial

SAKING cepat dan mudahnya era digital berkembang, berbagai informasi pun saling berdesakan memenuhi ruang media sosial. Baik dari informasi edukasi maupun hiburan. Berita viral pun hanya dalam beberapa waktu bisa mencuat, membuat para pengguna berlomba-lomba menjadi si paling up-to-date.
Tentunya kita memahami bahwa media sosial sendiri punya pengaruh baik dan juga buruk. Hal ini tergantung dengan bagaimana kita sebagai netizen memanfaatkan media sosial dengan baik. Untuk jadi netizen sendiri pun ada dua kemungkinan, mau jadi netizen positif atau malah negatif?

Sikap Penting di Era Digital: Cara Memanfaatkan Media Sosial dengan Baik

Pemanfaatan media sosial tentu berkaitan erat dengan etika. Etika merupakan sikap, tindakan, bagaimana cara kita merespons dan menghargai orang lain. Etika saat ini, enggak hanya berlaku di dunia nyata. Justru, di dunia maya perlu perhatian khusus dan ekstra. Nyatanya, sering kali kita menemukan paling enggak komentar negatif atau ujaran kebencian di laman media sosial.

Kadang, suka miris dan kesal sendiri kalau melihat atau enggak sengaja membaca kalimat negatif. Meskipun, hal itu ditujukan untuk orang lain. Namun, kalau kita enggak bijak, bisa aja kita terpengaruh, ‘kan? Atau bisa jadi malah terserap emosi negatifnya.

Alhasil, akibat ringannya jemari netizen berasumsi negatif, enggak sedikit menyerang mental orang lain, bahkan anak remaja.

Artinya, sebagai orang—terutama anak muda melek digital, harus paham apa aja sih langkah yang harus diperhatikan dalam bermedia sosial? Media sosial hampir sama dengan dunia nyata, yang mana kita dapat saling berinteraksi. Bedanya, media sosial jangkauannya lebih luas lagi karena kita bisa mengenal orang dari berbeda pulau.

Nah, untuk jadi netizen yang budiman, kamu harus tau gimana caranya bisa menggunakan media sosial dengan bijak!

Memanfaatkan media sosial dengan baik

1. Posting Hal Baik dan Cek Lebih Dulu

Tujuan orang bermedia sosial pasti berbeda. Ada yang memang untuk personal branding, bahkan kerja, atau hanya sebagai daily activity aja. Apa pun tujuannya, selama itu baik, ya, enggak masalah. Namun, tujuan baik harus disampaikan dengan hal baik pula, ‘kan?

Terutama saat mau posting. Ya, memang sih, kamu punya hak atas media sosial kamu dan bebas berekspresi. Namun, media sosial ini wadah sosial, bukan cuma kamu, ada orang lain di media tersebut.

Sebelum posting, pastikan apa yang kamu bagikan adalah hal baik. Postingan kita berpeluang untuk mempengaruhi orang lain, mengingat algoritma media sosial sekarang cenderung merelevansikan postingan dengan kebutuhan audiens. Jadi, harus berhati-hati.

Kita enggak pernah tau, gimana kalau postingan kita berdampak buruk terhadap orang lain? Tentu ini akan merugikan. Dan, kita bakal merasa jauh lebih bermakna ketika postingan kita justru menginspirasi orang lain, ‘kan? Yuk, belajar berempati dan tekan sedikit ego.

2. Berkomunikasi dengan Jujur dan Enggak Nyebar Hoaks/Kebohongan!

Menjelang pemilu, sangat rentan dengan beredarnya Informasi kebohongan. Sehingga, sebagai netizen budiman harus tau cara memanfaatkan media sosial dengan baik di saat ini. Jangankan menjelang pemilu, di hari-hari biasa aja kita mudah sekali menelan mentah-mentah informasi.

Sekarang, kita bisa menilai seseorang hanya dari media sosial. Itu kalau orang yang kita nilai jujur dalam bermedia sosial. Jujur dalam berkomunikasi atau interaksi, jujur dalam menyebarkan postingan, dan jujur dalam berkomentar. Namun, penilaian di media sosial enggak bisa seratus persen karena, media sosial pun bisa sja manipulatif.

Walaupun persaingan di media sosial memang susah untuk bersifat jujur. Namun, usahakan untuk enggak menyebarkan atau me-repost kebohongan. Saat ini udah ada undang-undang yang mengatur soal penyebaran hoaks sebagai yaitu Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”).

Coba deh bayangin, kalau tiba-tiba ada orang lain—entah dikenal atau enggak—yang menyebarkan berita hoaks tentang kita? Semua orang percaya dsn nama baik kita tercoreng. Bayanginnya aja udah ngeri.

Kita harus pikir panjang ke depan soal informasi yang disebar. Apakah informasi dan sumbernya valid? Kalau valid, cantumkan juga sumbernya. Pastiin juga opini kita enggak memancing keributan massa.

3. Follow Akun Bermanfaat dan Bijak Mengonsumsi Informasi

Enggak berbeda jauh dengan poin sebelumnya. Selain kita membagikan hal baik dan bukan hoaks, cara memanfaatkan media sosial yang baik adalah dengan mengonsumsi Informasi dengan bijak. Ikuti akun-akun yang bersifat informatif maupun edukatif. Hiburan? Boleh banget, selama hiburan tersebut ada di koridor positif dan enggak merugikan orang lain. 

Supaya aktivitas bermedia sosial kita enggak sia-sia dan membuang-buang waktu, kita juga perlu memilah mana aja nih konten yang sekiranya bermanfaat dan berguna untuk diri kita? Pastikan, konten tersebut dapat membantu kita untuk mengembangkan diri.

Bahkan, dari konten hiburan pun, kita mesti jeli dalam memahami konteks dan mengambil pelajaran. Jangan mudah menerima berbagai informasi, apa lagi berita buruk sensasional. Harus diselidiki dan ditelusuri, apa benar? Soalnya, zaman media sosial, makin banyak orang yang gampang salah paham.

4. Jangan Menghujat Orang Lain

Poin penting dan wajib banget dikasih perhatian lebih, bahkan perenungan khusus. Namanya manusia, ya, kadang suka enggak sadar, ya, apakah omongan kita akan menyakiti? Apa lagi kalau berbicara di media sosial dan ada jejak digitalnya, ‘kan?

Cara memanfaatkan media sosial dengan baik, kita perlu hati-hati dalam berkomentar. Enggak hanya dari kolom komentar, bisa juga dsri postingan, IGs, bahkan kolom direct message. Secara enggak sadar kita udah jadi pem-bully, menyokong lebih banyak lagi kasus kekerasan verbal (verbal abusive). 

Kalau ada berita viral dan menyangkut urusan pribadi orang lain, lebih baik skip aja. Jujur, aku lumayan marah dengan hujatan netizen. Misal, nih, ada kasus selingkuhan, yang disorot fisiknya. Tanpa membela orang yang salah, tetapi kita harus fokus ke inti masalahnya bukan ke fisik. Harus bijak, dong. Apa lagi kalau hujatan ke orang yang enggak ada salah sama sekali, di-bully karena fisiknya.

Media sosial benar-benar membentuk karakter seseorang. Entah jadi baik atau sebaliknya. Orang mudah berkomentar di media sosial karena dia bisa pakai akun palsu dan enggak bertemu langsung. Dan, ini karakter orang pengecut.

5. Atur Waktu antara Main Medsos dan Prioritas

Cara memanfaatkan media sosial dengan baik salah satunya adalah dengan mengatur waktu. Penting banget bagi kita untuk bisa manajemen waktu antara menggunakan media sosial dengan prioritas. Memang, saat ini adalah era digital, yang mana segala aktivitas bisa dilakukan melalui teknologi. Jangan sampai waktu kita habis untuk bermedia sosial, tetapi bikin kita jadi enggak produktif. 

Misal kamu punya pekerjaan atau kegiatan yang mengharuskan kamu untuk tetap aktif di media sosial. Nah, tantangannya adalah bagaimana kita bisa tetap produktif terhadap kegiatan ataupun pekerjaan, tetapi berusaha untuk enggak scrolling media sosial. 

Kamu tau enggak sih kalau ternyata fitur scrolling di tiktok/reels/shorts itu bisa bikin ketagihan? Sederhananya kita bisa kecanduan karena rasa ingin tau. Rasa penasaran tersebut nantinya akan memproduksi dopamin di otak kita. Dopamin tersebut yang akan membuat kita jadi kecanduan karena sistem media sosial sekarang bersifat video pendek vertikal dan mengacu pada algoritma yang terpasang pada ponsel.

Apa lagi kalau kamu punya kesibukan di dunia nyata. Harus bisa bedakan mana kebutuhan dan mana sekedar hiburan. Tentukan skala prioritas kamu baru deh kamu bisa menentukan waktu untuk bermain media sosial. Pola hidup kamu pun jadi lebih sehat.

manage yourself

KAMU tau enggak sih, saat berinteraksi di media sosial, kita akan mengeluarkan hormon oksitosin? Nah, saat berinteraksi dengan orang lain di media sosial akan memproduksi hormon oksitosin sebanyak 13%. Dan ini adalah persentase yang tinggi dan setara dengan perasaan saat menikah. 

Hormon oksitosin biasa diproduksi ketika sedang jatuh cinta, sayang, atau sedang berpelukan dengan orang lain. Bahkan, dengan hal itu kita bisa menyamakan media sosial sama dengan dunia nyata. Sehingga, kita jadi lebih mudah berempati, mencintai, dan peduli dengan orang-orang di dunia maya..

Namun, di samping efek positif media sosial terhadap kinerja otak kita. Kita harus bisa mengendalikan pikiran dan emosi kita. Kenapa? Karena ketika kita menganggap media sosial sama dengan dunia nyata, hal ini berpeluang untuk membuat kita jadi lebih mudah self comparing atau membandingkan diri dengan orang lain.

Padahal, media sosial itu sifatnya bisa aja manipulatif, apa lagi kalau belum pernah bertemu. Orang yang udah sering ketemu aja masih bisa manipulatif, ‘kan?

Pada dasarnya, saat ini orang-orang sering menggunakan media sosial sebagai wadah untuk mengapresiasi diri. Misalnya membagikan penghargaan yang dicapai ataupun sesuatu yang dia miliki. Dan itu sah-sah aja.

Namun, kita juga harus belajar untuk enggak membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Setiap orang punya start dan finish-nya masing-masing. Kalau kamu ngerasa enggak berkembang, mungkin kamu masih belum start atau belum finish.

Jadikan kualitas diri lebih baik dengan memanfaatkan media sosial dengan baik, ya! 


Referensi

https://youtu.be/4zaxye5uqug?si=zNPOVRt045Skazz1

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url