Membaca 7 Pelajaran Hidup dari Novel Let Go!

Pelajaran hidup dari novel let go
canva 
PPELAJARAN HIDUP adalah pelajaran paling mahal dari pelajaran lain. Sejatinya, kehidupan sendiri diibaratkan sebagai sekolah. Tinggal bagaimana kita mau belajar atau enggak?

Meski mahal, tetapi pelajaran tersebut enggak memerlukan uang sepeser pun. Biasanya ia akan berbentuk kesalahan atau pengalaman. Entah dari diri sendiri maupun orang lain. 

Kesalahan terjadi bukan melulu untuk disalahkan, melainkan juga bagaimana kita memperbaiki kesalahan tersebut. Agar enggak terjadi kembali kesalahan sama. 

Artinya sebagai manusia, kadang-kadang kita harus jeli untuk mengamati sekitar. Paling dekat coba untuk instrospeksi diri sendiri. Kira-kira bagian mana yang mesti dibenahi. 

Enggak hanya itu. Kadang-kadang kita perlu untuk menjadi pendengar yang baik. Sebab, dengan mendengarkan berita orang lain, akan dapat insight dan pelajaran hidup. 

Dengan begitu, harapannya kita dapat memahami dan dan mempelajari cara kerja kehidupan. Dan kita mampu menjalani hidup karena telah memahami kehidupan itu sendiri. 

Belajar Pelajaran Hidup dari Novel Let Go: Ringan, tetapi Penuh Pesan

Banyak cara untuk mempelajari kehidupan. Seperti mulai instrospeksi diri sendiri atau belajar dari kesalahan. Enggak ada yang salah juga untuk belajar dari kesalahan orang lain. 

Ketika mendapatkan kesalahan dari orang lain, coba untuk dipelajari agar enggak melakukan hal sama. Dengan mendengarkan pengalaman orang lain juga kita bisa belajar. 

Pelajaran hidup adalah tentang bagaimana kita meramu masalah dan mengembangkan diri dengan baik. Dan hidup ini enggak pernah luput dari masalah, kan?

Salah satu hal yang bisa menambah pengetahuan tentang pelajaran hidup adalah belajar bahan atau buku bacaan. Apa pun itu baik fiksi maupun non fiksi. 

Temanku berkata, bahkan buku yang kurang bagus sekali pun punya pelajaran sendiri. Yaitu kita belajar untuk enggak membuat buku seperti itu. 

Namun, banyak sekali buku bagus dengan pesan yang dalam. Salah satunya novel Let Go karya Windhy Puspitadewi. Apa aja pelajaran hidup dari novel Let Go?
Pesan dalam novel let go
canva

1. Keren Enggak Harus dari Fisik

Kita sering banget melihat kalau orang itu keren dari cara penampilannya atau karena menurut kita dia good looking. Namun, keren itu bukan hanya soal fisik loh!

Harus diketahui kalau definisi keren itu bisa lebih dalam lagi, yaitu ada dalam diri seseorang. Seperti wawasan, pengetahuan, bakat, bahkan sikap pun bisa sesuatu yang keren. 

Dalam hal ini, tokoh utama—Raka punya fisik yang enggak seperti tokoh novel pada umumnya—nyaris sempurna. Raka di sini justru remaja nakal, tetapi punya etika. 

Etika di sini terhadap guru bahkan sesama teman. Hal yang bikin Raka keren ada wawasan dia tentang film dan sejarah. Enggak hanya itu, Raka paham banget soal pelajaran hidup. 

Pelajaran hidup dari novel let go satu ini enggak boleh dilewatkan. Sebab, ini bisa jadi salah satu kegiatan pengembangan diri yang dapat meningkat kepercayaan diri. 

Jangan terlalu fokus membenahi fisik sampai lupa ada dalam diri yang harus dibenahi, ya! Segala sesuatu harus seimbang, kalau berat sebelah nanti akan jadi enggak pas. 

2. Mengendalikan Rasa Enggak Enakan

Memangnya enak ya punya rasa enggak enakan sama orang lain? Kira-kira pernah enggak, ya, kita merasa enggak enak sama diri sendiri? Misal berhenti menyakiti diri sendiri karena merasa enggak enak sama orang lain. 

Entah memang terlalu baik atau bagaimana. Akan tetapi, alasannya takut menyakiti orang lain. Sementara, kita enggak memikirkan diri sendiri. Nah, ini konsepnya gimana, ya?

Pelajaran hidup dari novel let go satu ini berangkat dari karakter tokoh bernama Sarah. Ketika impian besar dia terhambat karena merasa enggak enak sama kakak kelasnya. 

Bahkan ketika kita udah mengumpul kepercayaan diri untuk mencapai target. Menyusun sedemikian rupa untuk bisa berhasil. Namun, gagal bukan karena dihalangi target itu sendiri, melainkan diri kita sendiri. 

Pada akhirnya malah menyakiti diri dan menghancurkan segala usaha. Bukankah kita telah mengecewakan diri sendiri? .Daripada merasa enggak enak kenapa enggak mencoba untuk mengusamannya lebih dulu?

3. Jangan Terlalu Ambisius!

Kalau kita adalah orang yang suka dengan hal baru. Segala bentuk skill atau minat diikuti, mungkin kita senang karena dapat belajar banyak dan menambah wawasan. 

Berbagai bidang diikuti, mulai dari olahraga, kepenulisan, bahkan kesenian. Enggak ada yang salah kok, malah bagus. Namun, akan jadi fatal kalau kita terlalu ambisius untuk aktif mengikuti semuanya. 

Ambisi memang penting untuk memacu semangat kita dalam mencapai target. Akan tetapi, kalau ambisinya keterlaluan sampai semua pekerjaan jadi terbengkalai, gimana?

Bukannya jadi bertanggung jawab dengan tugas, akhirnya banyak tugas yang terlewat karena enggak fokus. Kembali lagi, manajemen waktu jadi enggak bekerja dengan baik. 

Terlalu ambisius merupakan pelajaran hidup dari novel let go yang berasal dari karakter tokoh Nadya. Dia merasa mampu melakukan semuanya, tetapi badan dan pikirannya enggak. 

Di sini kita mesti sabar. Menggeluti satu per satu, selama bisa fokus dan manajemen waktunya enggak berantakan. Setelah selesai baru menggeluti hal lain. 

Sebab, kalau semuanya diikuti, kapan kita bisa istirahat? Bukan hanya tubuh, melainkan ada pikiran yang juga bisa lelah karena terus-menerus berpikir. 

4. Kehilangan itu Pasti

Hidup, pasti yang mati. Datang, pasti ada yang pergi. Mengisi, pasti ada yang hilang. People come and go. Pada akhirnya, kita akan menghadapi kehilangan. 

Sekuat dan seusaha apa pun kita dalam mempertahankan seseorang. Jika orang itu ditakdirkan untuk pergi, naka maa relakan. Bukan salah takdir, melainkan kita enggak mau menerima kehilangan. 

Kalau kita menerima seseorang datang, bersamaan dengan itu ada hal lain yang juga diterima. Menerima kalau-kalau dia pergi di kemudian hari. 

Kadang-kadang kita sibuk menyiapkan kebahagiaan untuk sebuah kedatangan. Akan tetapi, lupa bahwa kehilangan butuh juga meramu bahagia sedikitnya. 

Pelajaran hidup dari novel let go ini amat dalam karena Nathan yang kehilangan ibunya. Bahkan ham tersebut sampai-sampai mempengaruhinya karakternya. 

Ketika kita bisa dengan senang hati menyambut kedatangan. Pun, kita perlu juga untuk merelakan kepergian dengan ikhlas. Tanpa harus lama-lama larut dalam kesedihan. 

5. Jangan Salah Memahami Kebaikan Seseorang 

Pelajaran hidup dari novel let go kali ini adalah poin penting dalam novel let go—menurutku. Kenapa? Karena salah pemahaman, akhirnya banyak orang jadi ragu untuk ramah dan berbuat baik ke orang lain. 

Bayangin, ketika ada lawan jenis bermaksud baik untuk menolong dan perhatian, tetapi kita malah menganggap dia suka sama kita. Ini kita udah salah pemahaman. 

Perhatian itu kan terjadi bukan karena atas dasar rasa suka. Akan tetapi, tentang bagaimana sesama manusia harus punya rasa empati dan simpati.

Memang, cinta dimulai dari perhatian kecil. Akan tetapi, enggak semua perhatian punya konteks rasa cinta. Jadi enggak perlu terlalu berekspektasi. 

6. Jangan Baperan! 

Masih berlanjut dari poin sebelumnya, tetapi ada perbedaan. Jangan terlalu baper atau terbawa perasaan terhadap kebaikan atau sikap orang lain terhadap kita. 

Kalau kita terlalu baper, orang baik itu jadi enggan atau ragu karena dia memang pure ingin membantu. Seperti kita ketahui, bahwa banyak orang sekarang udah enggak peduli sekitar. Jadi, jaga orang baik dengan menjaga perasaan kita. 

Enggak hanya itu. Kita jangan mudah terbawa emosi. Baru dipancing oleh kalimat pun langsung emosi dan kalap. Apalagi sampai baku hantam. 

Ada kalanya kita harus bisa mengendalikan emosi agar enggak merugikan atau menyakiti orang lain. Hal ini bisa jadi menimbulkan perasaan bersalah dan penyesalan. 

7. Hidup itu Layak Diperjuangkan

Bagaimanapun kehidupan memperlakukan kita, tetapi hidup itu layak diperjuangkan. Apa yang menjadi dasar kita terpuruk, kita harus berjuang dari keterpurukan. 

Kita memang harus pasrah, tetapi bukan pasrah di awal. Bukankah pasrah hanya bisa dilakukan tatkala kita telah mengusahakan segala hal dengan baik?

Kalau dari awal udah pesimis dan pasrah. Memberi segala keputusan kepada takdir. Atau bahkan terkesan menuntut takdir untuk segera menyegerakan sesuatu. 

Nathan lagi-lagi memberikan pelajaran hidup dari novel let go yang begitu dalam. Kehidupan yang begitu sempurna, tetapi dia enggak benar-benar sempurna. 

Kalau merasa hidup membuat kita berada di bawah. Itu artinya hidup sedang meminta kita untuk naik tangga. Melihat, apakah kita mampu melakukannya dan menjejaki di lantai teratas?

Kadang-kadang kita terlalu menuduh kehidupan enggak adil. Sejatinya, bisa jadi kita yang emggak mau memahami dan mengerti bahwa hidup sedang membantu kita untuk belajar tentang pelajaran hidup. 

Sebab, pelajaran hidup bisa diambil hanya saat kita jatuh. Jarang orang ada di atas mau melihat ke bawah sebagai bahan pembelajaran. Namun, orang di bawah akan senantiasa menatap ke atas dan giat belajar. 
Hidup itu belajar
canva
Windhy Puspitadewi, seorang penulis novel dengan segmen remaja. Namun, semua novelnya punya pelajaran hidup yang mendalam dan menarik dipelajari. 

Selain serial Touche, novel Let Go jadi novel favorit yang pernah kubaca. Dengan membaca buku ini secara enggak sadar kita sedang membaca sebuah pelajaran hidup. 

Tentu literasi bukan hanya sekadar membaca z melainkan juga bagaimana cara kita memahami. Artinya kita harus memahami dan mempelajari pesan dari setiap buku yang ada. 

Pelajaran hidup dari novel let go ini harus diingat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya kita makin punya hidup yang berkualitas. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url