Ketika Musibah Datang

NAMANYA HIDUP, ya kali enggak ada dukanya? Bukan berarti denial kalau misal memang ada kehidupan orang yang dari lahir mulus-mulus aja. Ya, bisa aja, sih, mungkin aku yang mainnya kurang jauh, haha. Namun, enggak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan akan selalu berdampingan dengan masalah atau kejadian-kejadian di luar kendali kita. Seperti musibah.

Ketika Datang Musibah, Apa yang Harus Dilakukan?

ketika datang musibah
Terkadang kita udah berusaha untuk menjaga diri atau mempertahankan kehidupan yang baik-baik aja. Akan tetapi, meski telah berusaha, takdir suka berkata lain. Hal-hal yang terjadi di luar kendali kita, kadang kala memberikan dampak yang begitu besar dalam hidup kita. Artinya, sebagai manusia, harus bisa mempersiapkan diri terhadap apa-apa yang akan terjadi di masa depan. 

Enggak ada orang yang mau terkena musibah. Bahagia menjadi kebutuhan dasar manusia. Namun, kita enggak akan bisa memaknai dan mendefinisikan bahagia sebelum kita tau bagaimana rasanya sedih dan duka. Pasti ada momen yang bikin kita merasa sedih dan berduka. Akan tetapi, enggak semua orang bisa menghadapi musibah dengan semestinya.

Iya, aku memahami bahwa enggak mudah atau sulit sekali menghadapi musibah yang datang tiba-tiba. Namun, ketika musibah itu datang dan udah terjadi, kita enggak bisa lari. Kita harus bisa menghadapinya.

Musibah itu banyak bentuknya, bisa dari bencana alam atau hal-hal buruk yang terjadi di masyarakat. Musibah ada yang bisa dicegah dan enggak bisa dicegah. Musibah bisa terjadi kapan pun. Bahkan ketika kita udah mengupayakan segala cara untuk mencegah musibah, tetapi masih ada aja musibah yang terjadi. Ketika datang musibah dalam kehidupan kita. Apa yang harus kita lakukan?

menghadapi musibah

1. Tenangkan Diri dan Jaga Emosi

Ketika datang musibah, merupakan hal wajar dan manusiawi kalau merasa emosi kita terpancing. Sedih, sakit, dan juga marah. Tentunya hal ini enggak bisa kita abaikan, enggak apa-apa kita merasakan emosi-emosi tersebut supaya perasaan kita lebih lega. Menjaga emosi bukan berarti kita enggak bereaksi sekalipun terhadap musibah, tetapi adanya reaksi emosi akibat musibah adalah bentuk bahwa kita punya empati.

Namun, kita enggak bisa berlarut-larut dalam emosi negatif tersebut. Kalau kita hanya fokus dengan emosi-emosi negatif tersebut dan melupakan bahwa sebenarnya ada musibah yang harus dihadapi. Kalau kita terlalu fokus dengan emosi tersebut, khawatir akan menyalahkan keadaan.

Belajar untuk mengendalikan emos. Boleh merasa sedih, sakit, ataupun marah, tetapi kita harus ingat bahwa musibah harus dihadapi. Perlahan-lahan belajar untuk menenangkan diri, tenangkan hati dan pikiran, supaya kita bisa berpikir jernih dan melalui musibah dengan hati lapang. 

2. Ikhlas dan Menerima Keadaan

Ketika datang musibah, bukan hal mudah untuk bisa menerima. Kadang-kadang kita berpikir mengapa musibah ini harus terjadi dalam kehidupan kita? Apa salah kita? Bukankah kita adalah orang-orang yang selalu menjaga tutur dan perilaku? Berbagai pertanyaan muncul di benak.

Padahal, musibah itu bisa datang ke siapa aja. Musibah enggak pandang bulu. Siapa pun kita musibah akan tetap datang. Kadang-kadang musibah datang bisa bersifat ujian atau bahkan balasan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tadi bisa jadi sebagai langkah awal untuk introspeksi diri dan bermuhasabah. Dan itu hal yang bagus. 

Dengan memahami esensi musibah dan menganggap musibah adalah bagian dari ujian ataupun balasan, kita akan lebih mudah untuk ikhlas. Ikhlas bahwa musibah itu datang dengan tujuan, dan menerima bahwa musibah itu datang kepada kita. Memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan ikhlas dan menerima, kita akan lebih mudah melaluinya.

3. Berusaha Mencari Jalan Keluar

Ketika musibah yang terjadi bisa dicari jalan keluarnya, maka kita usaha untuk mencarinya. Misal kasus motor hilang, bisa melapor ke pihak berwajib. Selama kita udah berikhtiar dan mencoba, kalau motor tersebut memang ditakdirkan untuk kembali, pasti akan kembali.

Memang, itu merupakan hak kita yang harus diperjuangkan. Oleh karenanya kita berusaha memperjuangkan untuk bisa kembali. Apalagi kalau barang yang hilang tersebut sangat menopang kegiatan dan aktivitas sehari-hari kita. Namun, di sisi lain, kita mesti belajar dan memahami bahwa apa-apa yang kita miliki bisa hilang dan pergi kapan pun. 

4. Berpasrah Diri

Ketika datang musibah, bukan berarti Tuhan enggak menyayangi kita. Bukankah musibah datang sebagai sebuah peringatan? Pada akhirnya, kembali lagi ke diri sendiri tentang makna dan bagaimana cara kita memandang musibah itu sendiri. Sebab, pandangan tersebut akan berdampak terhadap langkah selanjutnya yang akan diambil.

Kalau kita memaknai musibah dengan pandangan mengapa musibah ini terjadi? Khawatir kita akan jadi menyalahkan keadaan atau bahkan parahnya menyalahkan Tuhan. Dan ketika kita sibuk menyalahkan, kita jadi enggak bisa mendapatkan esensi baik dari musibah tersebut.

Namun, ketika kita memandang manusia itu sebagai ujian dan cobaan ataupun balasan atas perbuatan kita, lalu kemudian kita introspeksi diri dan belajar dari adanya kesadaran tersebut. Langkah selanjutnya tentu akan lebih mudah untuk menghadapi dan mendapatkan pelajaran dari apa yang terjadi dalam hidup. Dari situ kita akan berusaha dan menjaga emosi selanjutnya belajar untuk memasrahkan segala usaha dan hasilnya kepada Tuhan.

5. Mengambil Hikmah dan Belajar dari Musibah

Ketika datang musibah, musibah enggak datang tanpa sebab. Akan selalu ada makna dan pelajaran yang bisa diambil. Mungkin yang sebelumnya kita adalah orang yang fokus duniawi, dengan ada musibah kita jadi belajar bahwa ada urusan selain dunia yang juga harus kita pikirkan dan persiapkan. Kita pasti sering melihat atau pernah merasakan sendiri ketika musibah seperti bencana alam datang otomatis fitrah kita akan ingat kepada Tuhan. Mungkin ini yang Tuhan mau, membuat kita mengingat-Nya dengan musibah tersebut.

Bayangkan ketika seorang manusia enggak mendapatkan musibah dalam hidupnya sama sekali. Apa pun bentuknya mau musibah kecil ataupun musibah yang besar. Hidupnya aman, tetapi lupa untuk mengingat Tuhan, mungkin Teman-Teman pernah dengar istilah istidraj, ‘kan? Yaitu ketika Tuhan membiarkan seseorang dalam kemewahan dan keamanan, kemudian seseorang dan lupa bahwa Tuhan pemilik segalanya.

Musibah
KETIKA DATANG MUSIBAH kepada orang di sekitar kita. Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah membantu dan berempati. Misalnya seperti terjadinya bencana alam kita bisa membuka donasi atau mendonasikan beberapa harta kita untuk kelangsungan hidup mereka.

Namun, ada juga bencana kecil, misalnya seperti yang sering terjadi di masyarakat yaitu pencurian motor. Misalnya hal itu terjadi dengan orang terdekat kita, tentu sikap kita bukan memarahi orang tersebut karena enggak bisa bertanggung jawab dalam menjaga motornya. Justru, sebagai orang terdekat kok malah sikap kita harus berempati dan memahami. Membantunya supaya tetap buat dan berusaha untuk menemukan motor tersebut.

Akan tetapi, ketika kita nggak bisa membantunya sama sekali, nggak rasanya kalau kita hanya sibuk menyalahkannya. Pada akhirnya kita juga akan menjadi beban bagi orang tersebut. Kalau kita nggak bisa membantu sama sekali, Lebih baik diam dan doakan yang terbaik. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url