Cinta Jatuh

HIDUP TANPA CINTA bagai kertas tanpa tinta, bagai lembar tanpa tulis, bagai cinta tanpa jatuh. Bumi menjadi tempat paling sempurna untuk ditinggali oleh cinta. Sebab, manusia-manusia yang hidup di bumi, memiliki perasaan yang akan dengan senang hati memakai cinta kapan pun dan di mana pun. Di saat sadar, maupun tidak sadar. Siapa pun boleh memakai sepuasnya karena cinta itu tidak terbatas dan memiliki keabadian.

Seperti bumi yang membentang dan samudera yang begitu dalam, cinta juga memiliki makna yang begitu luas dan dalam. Setiap peran manusia—entah sebagai teman, sahabat, kekasih, keluarga, terhadap seseorang, hewan, binatang, atau pun benda mati, mereka memegang arti sendiri dalam menginterpretasikan cinta. Sesuai dengan peranmu saat ini, definisi cinta menurut sudut pandang teman-teman, apa, sih? Jawab di kolom komentar, ya!

Aku yakin, pengertian cinta yang begitu luas tidak luput dari sebuah pengalaman yang pernah dilalui oleh penganut cinta. Sebab, seseorang tidak akan pernah bisa mendefinisikan cinta tanpa dia pernah melalui fase-fase cinta itu sendiri. Kecuali bagi mereka yang memiliki alasan tertentu yang bisa dikecualikan.

Bicara soal pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan cinta. Menurut teman-teman, apakah cinta akan selalu membawa dan memberikan kebahagiaan? Mungkin pada awalnya benar, mendatangkan kebahagiaan sehingga rasanya seperti ribuan bunga membanjiri latar hati. Namun, ternyata, cinta yang diawali dengan keindahan, tidak selamanya menjanjikan keindahan sampai akhir.

Dalam proses mencintai, ada sebuah keputusan yang entah disadari atau tidak. Namun, kadang-kadang lupa tentang segala risiko yang akan terjadi. Banyak dari kita yang terbuai dengan keindahan yang diberikan cinta di awal prrtemuan, tetapi lupa akan sebuah fase-fase yang dapat menjatuhkan cinta kapan saja. Seperti burung yang terbang di udara, jika lelah dan sakit, akhirnya akan jatuh juga.

Kita sama halnya dengan burung yang terbang karena cinta dan jatuh juga karena cinta. Jatuh cinta, jatuhnya saat pertama, sakitnya saat di belakang. Dua diksi yang menurutku salah posisi, harusnya cinta jatuh. Dengan begitu, mungkin kita bisa msngantisipasi akan jatuh di kemudiannya. Daripada harus menerapkan jatuh cinta secara verbal, jatuh dengan rasa cinta yang membuai, tetapi pada akhirnya akan menuduh cinta hanya membual.

Segala hal di dunia ini akan selalu ada kelebihan dan kekurangan, apa pun itu. Begitu juga dengan cinta yang begitu luas dan indah dirasakan, tetapi jika mencintai tanpa antisipasi, tanpa tahu risiko yang akan terjadi, jatuhnya akan sangat terasa sakit. Nyatanya, mencintai ketika sadar pun masih berpotensi mengalami jatuh juga.

Kalau begitu, kita tidak usah mencintai saja!

Itu bukan solusi, melainkan menghindari diri dari proses patah hati. Jangan menjadi egois karena cinta mematahkan hati kita, bagaimanapun kita lahir dengan cinta dan pergi karena cinta pula. Namun, jika manusia hanya dijejal dengan keindahan cinta yang membahagiakan, lantas bagaimana manusia akan belajar mencintai? Lantas, bagaimana kita menghargai kehadiran cinta yang hadir juga bersama jatuhnya?

Maksudnya?

Mencintai tidak pernah lepas dari kepatahan. Jangan berpikir bahwa cinta yang salah karena telah mematahkan hati kita. Sebab, tanpa disadari kita lah yang meramu kepatahan itu menjadi sebuah ramuan yang mudah meledak. Sebab, kita tidak menyadari bahwa dengan mencintai, kita mestinya sudah siap dengan jatuhnya juga. Cinta itu memang luas, saking luasnya ia mampu menampung patah-patah yang akan diramu oleh perasaan manusia.

Dari segala pengalamanku, cinta menurut sudut pandang vina adalah ketika kita menerima rasa-rasa patah yang akan menbawa pada kemurnian cinta itu sendiri.