Mengenal Hujan: Ketika Hujan Singgah

Mengenal Hujan
art vector by pch.vector

SUDAH LAMA mengenal hujan, tetapi teman-teman sudah seberapa jauh mengenal hujan? Mungkin selama ini kita terlalu sibuk mengeluh hujan karena jemuran enggak kering-kering. Atau malah kamu adalah si penyuka hujan?

Pernah enggak kamu bertanya-tanya, apakah hujan hanya punya istilah bernama hujan? Apakah kenangan dan kesenduan yang merindu itu termasuk salah satu istilah hujan? Coba kasih komentar perspektif kalian tentang hujan, ya!

Hujan biasanya datang ketika menjelang akhir tahun. Yang mana bulan-bulan dengan akhir kata -ber identik dengan musim hujan. Dilansir dari bmkg.go.id diprediksi musim hujan dimulai dari September 2022 bahkan sampai Januari 2023.

Namun, kalau dipikir-pikir teman-teman merasa enggak sih kalau hampir setiap hari itu hujan—padahal musim hujan belum datang? Hampir tiap hari bawaannya sendu, rindu, ingat kenangan masa lalu karena sesering itu hujan tiba.

Lagipula kita enggak pernah bisa menyanggah kehadiran hujan yang penuh berkah itu. Sekalipun katanya ada pawang hujan yang sakti karena punya remot AC, xixi. Jadi, solusinya kita harus sering-sering membaca berita terkait prediksi hujan untuk menghindar hal-hal yang enggak diinginkan.

Mari sama-sama mengenal hujan!

Mengenal Hujan di Kala Ia Bertandang

Untuk mengenal hujan kita mssti tahu nih prosesnya seperti apa. Pada masih ingat enggak bagaimana hujan tiba? Proses terjadinya hujan ini sudah pernah kita pelajari ketika sekolah dasar.

Dahulu kalau ditanya bagaimana bisa hujan terjadi hanya bisa menjawab karena penguapan air, haha. Namun, setelah kutelisik dan cari tahu, ternyata hujan itu punya proses yang ajaib dan estetik.

Proses hujan turun disebut juga fenomena hujan. Tahu enggak sih, kalau ternyata enggak semua air hujan itu turun sampai ke bumi, lho. Air hujan itu menguap ketika menyentuh suhu yang panas seperti di wilayah gurun pasir.

Proses terjadinya hujan itu sendiri terbagi menjadi tiga tahap dan masing-masing punya proses yang unik.

1. Evaporasi: Penguapan Air

Pertama-tama hujan terjadi dimulai dari suhu matahari yang panas. Air dari berbagai sumber seperti laut, sungai, danau, genangan air, maupun dari kandungan makhluk hidup akan menguap hingga menjadi butiran-butiran air.

Uap air akan pergi ke atmosfer yang suhunya dingin karena makin tinggi permukaan bumi maka suhunya makin rendah atau dingin. Makin meningkat suhu panasnya, maka air yang menguap akan makin banyak sehingga mengakibatkan hujan deras.

2. Kondensasi: Uap Air yang Mengembun

Uap air yang mendarat di atmosfer bumi tadi akan berubah menjadi embun dan membentuk partikel-partikel es. Makin tinggi awan berada, maka ada kemungkinan air akan menjadi es. Setelah itu partikel es tersebut akan berkumpul dan memadat menjadi awan kecil.

Selanjutnya, awan-awan tersebut akan diembuskan oleh angin untuk kemudian menjadi awan yang lebih besar dan berwarna gelap lalu menjadi awan mendung. Proses ini disebut dengan koalensi.

Akan tetapi, enggak semua embun akan ikut berkumpul menjadi awan. Mereka yang gagal menjadi air hujan biasanya akan berhasil menjadi embun di dekat tanah, sebagiannya menjadi kabut lalu naik menjadi awan.

3. Presipitasi: Butiran Air yang Jatuh menjadi Hujan

Pada tahap terakhir ini, butiran-butiran air yang berkumpul di awan akan turun. Disebabkan oleh beban dan padatnya awan yang sudah enggak bisa menampung berat dari pada kumpulan-kumpulan butiran tadi.

Butiran tersebut kadang-kadang akan turun sebagai serpihan, tetapi akan meleleh ketika melalui atmosfer. Makin tinggi posisi awan, maka makin dingin pula suhunya sehingga menyebabkan air menjadi es. Dibantu dengan embusan angin yang membawa air hujan itu ke suatu wilayah.

Mengenal Hujan dengan Istilah-Istilahnya

Di antara banyaknya manusia menduduki bumi enggak semua punya kesamaan. Selera, minat, bahkan hobi pun berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap orang punya keunikan tersendiri dengan kemampuan masing-masing.

Begitu pun ketika hujan datang. Kita dibagi menjadi tiga kubu. Ada yang suka dengan hujan, ada yang tidak suka hujan, sisanya biasa-biasa saja dengan hujan. Dalam mengenal hujan perlu juga kamu mengetahuinya.

Namun, ternyata penjelasan tersebut punya istilah-istilah sendiri, lho. Yok, sama-sama kita mengenal hujan dengan istilah-istilahnya!

1. Pluviophile

Pluviophile berasal dari bahasa latin, pluvio artinya hujan, sementara phile diartikan sebagai sesuatu atau juga seseorang. Artinya, pluviophile dijabarkan secara harfiah yaitu sesuatu atau seseorang suka hujan. Nah, buat kamu pencinta hujan kamu dijuluki sebagai pluviophile.

Pluviophile biasanya akan merasa senang ketika hujan tiba. Menganggapnya sebagai teman karib yang menemaninya, apalagi dalam kondisi yang sedih.

Ketika hujan tiba, pluviophile akan lebih bersemangat beraktivitas daripada pada saat cerah. Aktivitas sederhana seperti marathon series, minum teh hangat, dll.

Seorang pluviophile akan mudah mensyukuri hujan yang datang meskipun tengah beraktivitas di luar ruangan. Bahkan, mereka rela untuk membasahi seutuhnya tubuh dengan air hujan tanpa peduli akan jatuh sakit nantinya.

Mereka yang dijuluki pluviophile amay menyukai suara hujan. Bahkan ada dari mereka yang enggak bisa tidur tanpa mendengarkan suara hujan.

Apakah kamu tergolong pluviophile? Sudah seberapa jauh kamu menhenal hujan?

2. Ombrophobia/Pluviophobia

Di samping orang-orang yang bahagia menyambut tumpahan air dari proses presipitasi, ada orang-orang yang justru menjadi takut akan kehadiramn hujan. Bahkan, di kala langit mendung dan menampakkan gejala akan turun hujan, orang-orang itu sudah merasakan ketakutan.

Hal itu dikarenakan mereka mengalami gangguan kecemasan dan ketakutan terhadap hujan yang dissbut sebagai ombrophobia atau pluviophobia. Omrbrpphobia diadaptasi dari bahasa Yunani, ombros yaitu badai, phobos yaitu kebencian.

Ombrophobia bisa terjadi pada anak-anak bahkan orang dewasa. Namun, umumnya biasa terjadi dan dialami oleh anak-anak. Masing-masing punya gejalanya ssendiri.

Ombrophobia pada anak-anak akan mengalami gejala seperti menangis dan berteriak enggak terkendali. Sementara pada orang dewasa lebih kepada pertikaian psikis. Seperti jantung berpacu den cepat, meskipun mencoba berusaha tenang, tetapi mimik wajahnya merautkan kecemasan yang kentara.

Sayangnya, orang-orang masih awam terhadap gangguan kecemasan satu ini. Namun, ombrophobia/pluviophobia itu nyata dan ada di sekitar kita. Hal itu bukanlah hal yang harus diklaim aneh, melainkan harus diberikan dukungan untuk cepat pulih.

Dilansir dari halodoc, pmbrophobia terjadi bukan tanpa sebab, tetapi memiliki pemicu-pemicunya. Di amtaranya:

• Terlalu Intens Menonton Berita Bencana Alam

Jika seseorang terlalu sering mengamati berita bencana alam. Apabila ditambah dengan lingkungan sekitar yang mengalami kecenderungan serupa. Enggak menutup kemungkinan dapat memicu terjadinya gejala ombrophobia.

Kalau terlalu banyak menonton tayangan terkait kejadian alam terkait penyebaran virus salah satunya melalui hujan yang dapat menyebabkan virus. Hal ini memiliki dampak terhadap psikologis.

• Memiliki Trauma Masa Lalu

Trauma menjadi salah satu pemicu akan terjadinya sebuah gangguan kecemasan. Begitu juga dengan ombrophobia, salah satunya hadir karena memiliki tragedi atau kejadian enggak mengenakkan di kala hujan.

Bisa karena banjir atau tanah longsor. Sehingga menyebabkan orang tersebut harus msrelakan kehilangan harta bendanya, bahkan harus kehilangan orang tersayangnya. Dan itu bukanlah hal yang mudah.

Nah, dengan pemicu-pemicu tadi, tentu ada solusi yang bisa diatasi. Bisa dsngan—terutama orang-orang terdekat baik keluarga maupun kerabat. Mendiskusikan terkait perasaan phobianya dan memberi dukungan.

Apabila harus melakukan terapi, maka pendekatannya akan berhadapan dengan hujan dari skala yang terkecil. Sebab, pada akhirnya ketakutan dapat pulih ketika kita berjasil menghadapi ketakutan itu sendiri.

Jadi, apakah kamu sudah siap untuk mengenal hujan?

3. Petrichor/Petrikor

Dalam mengenal hujan, kamu enggak boleh lupa dengan istilah estetik satu ini, nih!

Siapa di sini yang kalau pasca hujan suka mencium bau-bau yang bikin rileks? Bau air hujan yang bertemu dengan tanah ini memilih bau khas seperti musky. Untuk yang sudah mengenal hujan pasti sudah enggak asing.

Bau itu disebut juga dengan petrichor/petrikor. Petrichor sendiri dicetuskan oleh dua ilmuwan asal Australia yakni Isabel Joy Bear dan Richard Grenfell Thomas pada 1984 di Geochimica et Cosmochimica Acta bertajuk "Genesis of petrichor".

Sebenarnya asal muasal petrichor itu dari mana, ya? Apa yang terjadk sehingga dapat membuat aroma ini mencuat? Ternyata hal ini terdapat tiga pendapat.

• Terbentuknya Ozon

Petrikor bisa saja terjadi karena petir yang memisahkan dua atom O. Ketika atom O bersatu kembali dengan oksigen inilah yang disebut dengan ozon. Nah, ozon inilah yang disebut sebagai aroma petrikor, biasa muncul sebelum hujan.

• Adanya Senyawa Geosmin

Dilansir dari American Chemical Society Geosmin, menjabarkan bawah petrikor bisa terjadi karena adanya geosmin. Geosmin terjadi karena dikeluarkan oleh bakteri meliputi: streptopmyces (golongan bakteri gram positif) dll.

Saat hujan tiba dan mendarat di permukaan yang mengandung senyawa geosmin atau bersentuh dengan geosmin di udara, di situlah aroma petrikor akan menguar.

• Asam yang Menguap

Dilansir dari science.howstuffworks.com, asam yang berada di tanah dan juga tumbuhan (palmitic acid dan stearic acid) dan saat udaa memanas, asam tersebut akan mengudara dan mengendap ke permukaan tanah yang kering, batu, maupun ke permukaan lainnya.

Tiba saatnya hujan turun, asam-asam itu akan terbang ke udara dan terjadilah aroma petrikor. Oleh sebab itu, apabila suatu wilayah jarang dihujani maka aroma petrikor akan tercium kuat.

Mengenal Hujan
edit by canva

Nah, itu dia beberapa hal yang harus kamu ketahui untuk mengenal hujan. Ternyata hujan ini punya hal-hal yang dapat membuat kita—terutama aku, kagun dengan proses terjadinya itu sendiri.

Satu hal yang kutahu dari mengenal hujan ini adalah adanya istilah kesukaan dan ketidaksukaan di dalamnya dan itu nyata. Hal ini benar-benar membuatku sadar bahwa dinia ini amatlah luas untuk dijangkau.

Sebetulnya masih ada beberapa poin yang ingin kusampaikan terkait mengenal hujan ini. Namun, akan kubahas di artikel selanjutnya, so, see you next time!

Jangan lupa untuk selalu mensyukuri nikmat Tuhan yang satu ini, ya! Yok, kita sama-sama mengenal hujan!

Referensi:

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/apa-itu-petrichor-aroma-bau-hujan-menenangkan-proses-terjadinya-f9nn

https://www.google.com/amp/s/www.viva.co.id/amp/digital/digilife/1508517-proses-terjadinya-hujan

https://www.google.com/amp/s/bobo.grid.id/amp/083249706/mengenal-pluviophiles-sebutan-bagi-orang-penyuka-hujan-kamu-termasuk

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url