Edisi Kangen Sanggar: Pengalaman Hidup dari Belajar Seni Tradisional

HARI INI mau kilas balik kenangan di masa putih abu-abu  Dulu, pas SMA kisahnya aku habisin di sanggar. Iya, aku mengikuti eskul seni dan ambil divisi musik. Di sana aku belajar banyak dan mengenal yang namanya proses. Eskul sih harusnya jadi opsi ke sekian kalau di sekolah karena harus mengutamakan pendidikan. Akan tetapi, aku malah lebih fokus di ekstrakurikuler seni ini, xixi. Yap, jadi selama tiga tahun aku setia menjadi bagian dari ekstrakulikuler seni di sekolahku namanya Sanggar Seni Prista. Walaupun ada masanya aku sempat hilang dari situ, wkwk.

Aku sedikit menyinggung awal mula ikutan eskul seni di Aku Suka Musik. Enggak apa-apa akan kujelaskan kembali sambil mengenang masa-masa ketika jadi salah satu anggota di sanggar seni prista. Pertama jadi siswa SMA, niatnya mau ikut eskul musik buat belajar musik lebih dalam. Dari kecil udah suka nyanyi, tapi mbak-mbakku selalu bilang suaraku fals dan nadanya suka ke mana-mana wkwk, ya udahlah yaa. Tapi yang namanya suka nyanyi gimana dong, kan, labas ajalah. Selain itu, aku pengin banget belajar main gitar karena keluargaku dari ayah, ibu, mbakku yang pertama, kedua, ketiga, dan adikku yang pertama (iya, intinya kami enam bersaudara, wkwk, aku anak keempat) udah pada bisa main gitar dan bikin minder. Aku pernah minta ajarin sama mbakku langsung kayak nyerah, sakit banget tangan.

Oke, lanjut.

Setelah itu aku carilah eskul musik, hm, kok enggak ada, ya? Sampai akhirnya waktu MOS berlangsung ada kegiatan demo kelas. Demo kelas di sini maksudnya adalah setiap eskul harus menampilkan diri atau unjuk diri di depan kelas kepada para siswa/i baru. Nah, aku amat tertarik dengan penjelasan kakak-kakak dari## eskul seni yang ternyata ada divisi musik. Tanpa pikir panjang aku langsung daftar dong, ya. Ternyata, sebelum itu ada audisi terlebih dulu, jurinya waktu itu ada empat, ada Kak Ego, Mbak Atika, Mbak Dina, sama Kak Riski. Jujurly, mereka ini amat berbakat dan membuatku harus gigit jariii. Waktu itu aku milih nyanyi tentunya, lagu yang kunyangiin itu Cintakan Membawamu Kembali dari Dewa 19. Tapi udah lupa komentarnya apaan yak, tapi ditanya-tanya udah bisa main alat musik apa aja? Aku jawab aja, “Pianika, Kak.”

Baiklah.

Ternyata audisi itu hanya sebagian dari konsep untuk menyambut anggota baru, bukan untuk eliminiasi. Mungkin tujuannya untuk melatih kepercayaan diri karena ke depannya dibutuhkan pede untuk tampil di depan banyak orang, wkwk. Waktu itu yang daftar lumayan banyak, seru sih, tapi lama kelamaan kok makin sedikit kayak jamaah teraweh, aduh, berat. 

Iya semakin sedikit, ternyata yang dipelajari adalah seni tradisional bukan modern. Ya, sebagai anak muda yang waktu itu kurang melek tradisional pasti agak kecewa, ya, tapi aku memilih untuk tetap stay dan berharap akan diajarin minimal gitar, deh, wkwkwk. Namun, sampai lulus pun masih tidak pandai memainkan gitar, wkkwk. Lah, terus kok bisa stay sampe lulus?

NAH, tau engga sih, ternyata belajar ssni tradisional itu SERU DAN ASYIK BANGETT! Suwer, enggak bohong aku.

Oke, aku jelasin dulu, ya. Jadi, SSP (Sanggar Seni Prista) itu memiliki tiga divisi, yakni seni tari, seni musik, dan seni teater. Setiap anggota berhak memilih salah satu divisi, tetapi wajib mempelajari semua divisi. Sebenarnya, aku enggak begitu suka nari, tapi enggak apa, dari sini aku belajar untuk menghadapi dan menjalani ketidaksukaan. Sebab, pada akhirnya dari hal yang aku enggak suka, aku jadi tau, oh tarian itu ada tari tradisional dan ada juga tari kreasi. Seenggaknya ada hal yang didapatkan, begitu juga dengan kehidupan.

Aku sendiri tentunya memilih divisi musik. Selama belajar di sana, aku dikenalin sama yang namanya alat musik tradisional khas Lampung yang bernama Gamolan Pekhing atau disebut juga dengan Cetik. Cetik ini terbuat dari bambu dan cara memainkannya yaitu dipukul dengan stick yang terbuat dari kayu.

Cetik ini termasuk alat musik pentatonis karena tidak ada memiliki nada fa. Ya, jadi hanya ada do re mi so la si do. Cetik sendiri memiliki tabuhan yang banyak macamnya. Tabuhan itu kayak semacam lagu, tapi ini cetik punya gitu, wkwk. Tabuhan yang pernah kupelajari itu ada Tabuh Alau-alau, Tabuh Sermendung Serlia, Tabuh Khapot/Gupek, Tabuh Sanak Miwang Dija. Sebenarnya masih ada beberapa lagi, tapi aku udah mulai lupa karena udah lama enggak mainin, huhu. Kangen parah. Tapi yang paling paling aku suka itu Tabuh Sanak Miwang Dija, coba deh kalian dengar di YouTube. Sanak Miwang Dija itu artinya Anak Menangis di Sana.

Selain, itu aku juga belajar rebana dan alat musik di talo balak. Talo Balak yaitu berisi seperangkat alat musik yang dimainkan secara bersamaan, biasanya digunakan untuk acara adat Lampung. Dilansir dari Sekitar Lampung Talo Balak terdiri dari kulintang, gong, gujih, canang, talo, kompang, bende, gendang, bahkan cetik. Nah, yang aku pelajari dan aku lumayan bisa (bukan pro ya ok), kulintang sama gong dan canang, wkwkwk. Oh iya, talo balak ini kalo di SSP suka jadi alat musik pengiring para penari kalau ada lomba atau acara sekolah gitu. Nah, aku sendiri sering main di gong dan canang. Tampaknya mudah, tetapi sulit bestie karena gong menjadi tempo dari sebuah tabuhan. Ada beberapa tabuhan juga di talo balak, tapi yang aku tahu cuma Tabuh Tari yang biasa dimainkan untuk mengiringi tari Sembah atau Sigeh Pengunten (tari khas Lampung). Ada juga, tabuh kreasi lainnya yang mengiringi tari kreasi buat lomba. Salah satu yang paling aku suka itu tabuhan pengiring dengan nama tarian Ratu Khai. Ini asoy banget asli, dinamikanya sat set sat set, tapi ada fase di mana lembutnya. Intronya sih masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Oh iya, Ratu Khai ini gerakan tarinya karya Kak Nuvus dan tabuhan musiknya karya Kak Ego dkk. #CMIIW

Aku ada video pas mainin intro musik tarian Ratu Khai. Tentu saja ini masih ada salah-salah, ya. Bagi para suhu SSP yang baca ini, mohon maaf bila ada salah wkwkwk.



Next, di seni tari aku belajar tari sembah atau Sigeh Pengunten dan tari bedana (salah satu tarian khas Lampung juga). Sebelum memulai latihan tari, kami akan melakukan pemanasan olah tubuh. Jujur geys, AKU LEMAH BANGET DI DIVISI SATU INI. When temen-temen lulus badannya pada lentur, lah aku masih kaku, wkekek. Olah tubuh ini yang bikin tahan napas itu pas mendak, itu rasanya asoy. Tapi itu dilakukan biar nanti ketika latihan enggak mengalami kecetit atau cidera. Walaupun begitu, seni tari di sekolahku ini amat berprestasi dan menyabet berbagai piala, SSP ini udah kayak salah satu parfumnya sekolah, wkekeke. Walaupun aku enggak jadi penari, tetep bangga karena main gong, WKWKWKWKKW. Buat temen seangaktanku, Dinda, Dita, Mosya, lo pada keren seh!

Setelah itu, aku juga belajar seni teater. Nah, ini rada unik ya. Aku kan dari kelas sepuluh demennya sama musik, pas kelas sebelas di mana pergantian pengurus, aku malah jadi ketua teater. ASLI KENA MENTAL. Bro and sis, percayalah teater lebih susahhhh. Materinya enggak ngerti sama sekali. Jadi, waktu itu seni teater selama aku jadi ketua itu senyap. Kecuali kalau ada Kak Ego, lancar jayah, wkkwkwkwkkwkwwkk. Kalau dipikir-pikir aku nyesel, kenapa dulu aku enggak belajar buat jalanin tanggung jawab? Kayak, Vinaa, please harusnya lo bisa. Tapi aku maklum sih, dulu aku masih belum bisa yang namanya mikir dewasa, belum bisa untuk mikir bijak, bisanya cuma ga percaya diri aja. See? Dari penyesalan ini aja aku banyak belajar karena gagal menjadi ketua teater.

Tapi aku pernah bermain peran waktu kelas sepuluh untuk acara organisasi gabungan, di mana perkumpulan eskul satu sekolah kemah di Pramuka apa lapangan tembak, ya, lupa aku. Inget banget waktu itu adegan pertamanya, aku lagi main sama burung. Ngakak bat. Abis itu udah lupa wkwk.

Wah, panjang juga ya ternyata? Asli, aku kangen banget. Pengin main ke sanggar lagi, tapi malu huhu. Tapi bersyukur pernah jadi bagian dari SSP, aku benar-benar belajar banyak. Percaya enggak percaya, dulu aku beneran enggak bisa mikir, momen paling parah di hidupku dalam cara berpikir dan menghadapi masalah dengan kabur-kaburan ya waktu masa-masa ini. Tapi aku baru sadar, kalau pelajaran dari SSP bisa kupegang sampai saat ini. Tentang proses yang enggak mudah untuk menjadi pemenang, tentang kegagalan akan tanggung jawab, tentang kebodohan yang membuat orang lain jadi kesal sama aku. Ya, aku banyak belajar, terima kasih SSP, karena kalian aku jadi suka dan menikmati proses, bahkan saat ini aku belajar untuk menghadapi dan menjalani hal yang enggak aku suka karena pasti akan dapatkan pelajaran. 

Sebenarnya masih banyak kenangan dan pelajaran hidup yang aku ambil, ya. Tapi kalau diceritakan semua kayak panjangan banget. Jadi, aku angkat yang masih membekas aja pelajarannya. 

Kapan-kapan ketemu. Oh, iya, buat temen-temen SSP gue minta maaf kalo dulu banyak salah, wkwk. C u.


Next Post Previous Post
2 Comments
  • Sulanti
    Sulanti 31 Juli 2022 pukul 21.51

    Wah jadi kangen nari nih, udah lama banget nggak nari kalau coba nari sekarang pasti rasanya udah kaku

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 1 Agustus 2022 pukul 12.47

      Yuk coba yuk wkwk

Add Comment
comment url