Siklus Hidup Potensi


HARI-HARI tidak luput dari suatu perbandingan antara satu hal dengan satu hal lainnya. Mirisnya, perbandingan marak—sering terjadi—adalah tentang perbandingan diri sendiri dengan orang lain. Sama-sama manusia, tetapi orangnya berbeda. Aneh, hal itu menjadi sasaran empuk untuk kegiatan banding-membandingkan.

Setiap dari kita—para manusia-manusia berhati—tentu akan ada masanya, fase di kala merasa diri terlalu kosong. Tidak ada sesuatu hal yang bisa diisi. Dari waktu ke waktu, hanya terdiam seraya banyak berpikur perihal diri sendiri yang tidak maju-maju.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir itu cukup lucu, ketika pikiran merutuki diri sendiri tentang tidak ada kemajuan barang selangkah. Sebab, tanpa disadari pikirannya sendiri menjadi penghambat paling menjengkelkan untuk melangkah.

Kian hari bergulir, matahari naik dan turun, pergi berkelana mengunjungi sudut satu ke sudut yang lain. Pasti banyak sekali hal yang dianalisis matahari, ada suatu perubahan yang sedikit hingga signifikan.

Ada pula perubahan yang tidak pernah terjadi, tentang mereka yang masih berkutat pada pikiran menjengkelkan. Paling jengkel, selain mengutuk diri, semakin gencar mulai menelisik perkembangan orang lain. Saat itu perubahan terjadi. Bukan hal baik melainkan yang tadinya sibuk mengutuk diri kini herubah menjadi membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Itu buruk.

Kurasa semakin lucu. Bagaimana bisa dia menandingkan dirinya yang berdiam di tempat dengan seseorang yang sibuk berjalan, berlari untuk mencari tujuan yang diinginkan? Lalu, Bagaimana bisa dia berasumsi perjuangan orang lain menyenangkan, sementara dia belum pernah merasakan perjuangan itu sama sekali?

Ya, bisa saja karena dia tidak melangkah sedikit pun.

Klise, tetapi musuh sesungguhnya adalah diri sendiri, terutama pikiran yang tidak bermulut, tetapi pandai mengutuk. Untuk melakaukan hal paling sederhana saja—seperti melangkah—berhasil dihambat dengan kutukan omong kosong. Parahnya, pikiran itu mencuatkan keraguan akan potensi diri, sampai akhirnya menjadi tidak percaya diri.

Lalu sampai kapan akan terus seperti itu?

Berkaca dari diri sendiri dan pengalaman orang lain. Siapa pun akan mengeluh pertanyaan yang sama. Kita sama-sama tahu solusi dari pertanyaan ajaib itu hanya butuh satu hal saja. Buatlah pergerakan, satu gerakan yang paling tidak ada perubahan untuk maju secara perlahan. Pikiran memang akan terus mengutuk, tetapi lambat laun akan mendukung seraya langkah berjalan.

Sebab, pikiran yang mengutuk itu tidak akan pernah tahu sebuah perjuangan karena dirinya tidak pernah bergerak. Sampai langkah kaki melaju, pikiran akan ikut melaju. Sisanya hanya perlu berjuang bersama orang lain yang juga sedang berjuang tanpa hsrus membadingkan orang satu dengan yang lainnya.

Manusia memiliki organ dan anggota yang sama. Namun, manusia memiliki sebuah pikiran yang berbeda sehingga pikiran itu akan membentuk dirinya sendiri baik dalam memahami sudut pandang kehidupan atau kemampuan diri sendiri. Kita tidak berhak membandingkan diri kita dengan diri yang lain. Diri ini milik kita yang harus disayang, didukung secara penuh, dicintai dengan tulus, lalu percayalah dengan diri sendiri.

Selamat berjuang untuk kita semua!

Next Post Previous Post
17 Comments
  • Windi astuti
    Windi astuti 6 Juni 2022 pukul 18.02

    terkadang pemikiran diri sendiri yang membuat diri berkutat pada itu-itu saja ya mbak. Membandingkan ²kan ini lumrah sih, tapi harus dicek dulu tujuannya untuk apa

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 14.58

      Iyaa, yang ngga baik itu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

  • Nita
    Nita 6 Juni 2022 pukul 19.27

    Self love dalam rangka self care, bisa bikin kita bahagia. Dan kebahagiaan sangat penting buat kita kuat untuk tetap melangkah.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 14.59

      Betul biar enggak terus ragu sama diri sendiri.

  • Nia M Wardani
    Nia M Wardani 6 Juni 2022 pukul 19.35

    Semangat berjuang! Allah takkan pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Sekecil apapun.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.00

      Nah, betul. Ini bisa jadi satu alasan untuk tetap berjuang.

  • siti nurhayati
    siti nurhayati 6 Juni 2022 pukul 19.55

    Musuh terbesar ialah diri sendiri, apalagi jika justru merutuki diri yang belum sesuai standard manusia..

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.00

      Ngikutin standar manusia capeekkkkk. 🤣

    • siti nurhayati
      siti nurhayati 7 Juni 2022 pukul 22.11

      True 💯

  • Hilaschou
    Hilaschou 6 Juni 2022 pukul 20.22

    Mencurigakan sekali, iya- diriku sendiri.
    hayu kita bareng-bareng saling menyemangati untuk semakin lebih baik lagi ^^

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.01

      Semangattt.

  • tasyafiane
    tasyafiane 6 Juni 2022 pukul 22.45

    Just know that you had a value. Kamu punya value yang nggak dimiliki orang lain. Kamu indah, kamu sempurna, kamu unique <3

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.02

      Sayangnya enggkak semua orang sadar akan value yang dia punya.

  • Sulanti
    Sulanti 6 Juni 2022 pukul 23.19

    Tulisannya ngena banget di hati

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.03

      🤍🤍🤍

  • yandara
    yandara 7 Juni 2022 pukul 07.12

    Ough... gak mudah memang perang melawan pikiran diri sendiri yang membawa energi negatif, tapi pasti bisa... 💙💙💙

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 15.02

      Pasti bisa kalau ada kemauann.

Add Comment
comment url