Hijab ≠ Perbuatan



WATAK SESEORANG sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dipakai seseorang. Masih banyak orang yang ringan sekali dalam men-judge seseorang dari penampilan. Memang, apa yang dipakai seseorang dapat mencerminkan jati dirinya. Namun, aku pernah menemukan suatu kasus yang justru sama sekali tidak berkaitan dengan apa yang dilakukan. Justru, yang disorot adalah apa yang dipakai.

Seperti, kasus wanita berhijab dengan khimar yang menutupi kepala# bahkan gamisnya. Suatu hari didapati dia diklaim jika berbicara dia menyakiti lawan bicaranya. Atau bahkan didapati dia tengah melakukan kemaksiatan seperti yang seharusnya tidak dilakukan oleh perempuan berhijab syar’i.

Namun, sebelum itu ada beberapa poin yang perlu dibahas. Bahwa hijab dan akhlak sama sekali tidak memiliki kesinambungan yang erat. Sebab, siapa pun dapat memanipulasi apa yang dapat dilihat orang lain. Pun, jika ada sesuatu yang terjadi dengan seseorang, sorotilah perlakuannya bukan apa yang dipakai. Agak miris, sebagian dari kita sibuk mementingkan visual dibanding fokus di inti permasalahan.

Mari mulai buka sudut pandang, menelisik dari segala arah pikir yang bisa kemungkinan terjadi. Setelah itu, barulah untuk berpikir positifnya. Jika sudah, silakan ambil langkah untuk memastikan atau memvalidasi daripada harus berkutat pada segala kemungkinan buruk yang itu sangat tidak ada gunanya. Bukankah, itu justru menjadi mindset yang toxic?

Sekarang mari kita coba. Seorang perempuan berpakaian syar’i didapati tengah ghibah. Tetapkan fokus kita pada apa yang dia lakukan. Lalu mulai kritik yang sopan. Setelah itu, berpikir jernih, mungkin dia melakukan hal itu karena khilaf atau karena masih dalam proses belajar untuk menjadi lebih baik. Lalu lakukan validasi untuk memastikan, apa benar yang dia lakukan? Jika benar, tanya baik-baik dan mulai menasihati secara empat mata. Jika tidak benar? Bersyukurlah karena kita sudah berpikiran positif.

Semudah itu, daripada harus men-judge pakaiannya, ‘kan?

Hal itu sebenarnya membuat aku resah karena punya teman yang memang sudah alhamdulilah berpakaian syar’i, mereka baik, lemah lembut, tidak seperti aku yang masih butuh banyak perbaikan, xixi. Ada orang-orang yang akhirnya mencetuskan kalimat, “Lebih suka sama orang yang apa adanya, berpakaian sesuai perlakuannya. Daripada berteman dengan mereka yang berpakaian tertutup tetapi hati sebaliknya.”

Menurutku itu stigma yang sempit. Seakan-akan mereka dengan pakaian super tertutup itu adalah orang-orang yang munafik. Tidak semua, hei, pada kenyataannya, mereka untuk menjadi muslimah , hal utama yang mampu mereka ubah lebih dulu adalah mengganti pakaian terbuka menjadi tertutup. Itu saja sudah menjadi kemajuan yang bagus.

Tahu kenapa? Sebab, menata hati dan mempelajari adab itu tidak mudah. Sampai akhir hayat pun, tidak akan cukup.

Aku pernah membaca sebuah tulisan dakwah di media sosial. Bahwa para pendahulu, mempelajari adab lebih banyak daripada ilmu. Sebab, memang adab sepenting dan sesulit itu untuk dihadapi karena setiap hari selalu ada ujian yang datang. Mungkin, hal ini menjadi salah satu alasan mereka masih suka melakukan kesalahan. Memang kesalahan tidak bisa dimaklumi, tetapi kesalahan bukan untuk disalahkan melainkan diperbaiki.

Kutarik kembali stigma pikiran sempit tadi. Kita semua tahu, sebagai perempuan islam, menutup diri menjadi perintah utama dari Rabb. Dari sini pula jelas, berpakaian tertutup menjadi perintah dari Rabb yang wajib dipatuhi. Lalu, apakah mereka yang men-judge—ah, sudahlah. Memang, butuh waktu untuk mempersiapkan diri untuk segera menutup diri. Semoga dimudahkan dan disegerakan.

Teman-teman, sebelum melempar komentar, ada baiknya menjernihkan pikiran lebih dulu. Paling terpenting adalah mendoakan agar mereka dapat istiqamah dan tidak mengulanginya kembali. Terkadang, sebagian dari kita lebih suka berkomentar sembarang daripada melakukan hal yang lebih berfaedah.


Next Post Previous Post
3 Comments
  • Nita
    Nita 8 Juni 2022 pukul 08.55

    Semoga kita semua dimudahkan untuk menjalankan syariatnya, ila akhir sehingga menyandang predikat husnul khatimah

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 9 Juni 2022 pukul 17.07

      Aamiinnnnn

  • Sulanti
    Sulanti 8 Juni 2022 pukul 23.25

    bener banget kak kesalahan itu buat diperbaiki

Add Comment
comment url