Memahami Kehidupan: Kita Butuh Masalah

INI ADALAH CERITA, tentang apa-apa yang akhirnya membuatku berpikir. Menyadari betapa butuhnya kita akan sebuah permasalahan dalam hidup. Hampir dari kita pasti akan mengutuk masalah, menjadikan masalah sebagai hal-hal yang harus dihindari demi ketenangan hati. Tidak apa-apa juga, lagipula masalah bukan sesuatu yang harus ditemukan karena masalah itu sendiri yang akan menemukan sasarannya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana cara menghadapinya ketika masalah itu hadir begitu saja. 

Ceritaku berawal dari sebuah pertanyaan-pertanyaan yang berbaris berderet di pikiran. Mengapa dan mengapa? 

Di setiap sujud aku selalu berdoa, "Ya Allah, tolong beri kesehatan untuk Papi." Enggak lama kemudian Allah mengambilnya, dua jam aku habiskan waktu untuk menangisi kabar buruk itu. Malamnya kembali menangis seraya menatap jasad beliau yang enggak bernapas di ruang tamu. Besokmya aku menangis lagi, ketika melihat beliau dikafani, menangis lagi ketika beliau dikuburkan, menangis lagi ketika menyadari papi sudah tidak ada. 

Mengapa dan mengapa? 

Di setiap sujud aku selalu berdoa, "Ya Allah, jauhkanlah keluarga hamba dari segala macam marabahaya dan malapetaka." But, my sister, she's an accident. Setidaknya, mulai dari pertanyaan mengapa dan mengapa menjadi momok bagi hari-hari yang seharusnya cerah menjadi kelabu. 

Beberapa hari merasa tidak enak, badanku demam memikiraan semua itu. Mengapa di setiap doa baikku, yang kudapatkan adalah kabar buruk? Tidak, aku tidak akan pernah su'udzon (berburuk sangka) kepada Allah تعالا. Aku tahu betul itu merupakan perilaku buruk. Namun, pertanyaan mengapa itu menjadi lintasan ramai yang lancar mengelilingi pikiranku. Seakan-akan semua hanya pertanyaan tanpa jawaban.

Sampai aku merasa bingung tidak tahu harus cerita ke mana, mengingat teman dekatku sedang sibuk skripsi dan dia sama peliknya denganku. Alhasil, untuk sementara aku bertahan sampai malam tiba, aku pergi ke kamar, menyelesaikan urusan sebentar dan mulai memaksa diri untuk menangis. Hati sejak tadi rasanya sesak, sesuatu menumpuk di tenggorokan. Aku butuh menangis, memikirkan kepergian papi, memikirkan mbakku yang tidak baik-baik saja. Memikirkan tentang apa yang terjadi denganku? Dengan kehidupanku? Dosa dan salah mana yang mesti kutebus?

Malam itu aku benar-benar mengeluarkan air mata yang terendap dua hari. Meski harus ditahan karena takut terdengar tante dan pamanku, hihi. Kalau di rumah pasti nangisnya, ya, tetap ditahan karena takut terdengar tetangga, haha. Namun, setelah beberapa menit menangis, aku merasa sedikit lega, setidaknya hati tidak lagi sesak, tenggorokan tidak ada lagi yang mengganjal. 

Sebetulnya pada malam aku menangis itu, sebelumnya ada sebuah kegiatan bedah tulisan di suatu grup kecil di komunitas ODOP. Pada malam itu, salah satu tulisan Kak Hila berjudul God's Love diserahkan Kak Thia untuk dibedah. Baru baca kalimat pertama langsung, KOK RELATED BANGET? Lalu, kubaca sampai habis. Aku menyadari sesuatu tentang apa-apa yang menjadi kekhawatiranku. Ya, mungkin memang aku harus menjadi orang yang sabar, bertawakal, dan instrospeksi diri lebih dalam lagi. 

Di situ, aku sangat berterima kasih dengan Kak Hila yang menulis tulisan tersebut dan Kak Thia yang sudah menyerahkannya. Tentu saja, kepada Allah تعالا yang sudah memberi teguran melalui hal tersebut. 

Malam ini, maksudku tadi sekitar beberapa menit lalu, aku mulai bercerita tentang apa yang aku hadapi dan pertanyaan tadi kepada teman dekatku yang tadi kuveritakan, Eka. Aku merasa ini waktu yang tepat karena dia sudah melalui sidang judul dan sedang enggak sibuk—katanya begitu. 

Sepanjang sejarah kami curhat, baru kali ini dia mengetik lama sekali, kira-kira tiga puluh menit kemudian dia bsru membalas, wkwk. Kalau setiap salah satu dari kami curhat, pasti akan berujung pada sesi sharing yang bikin kami sama-sama belajsr dan memahami tentang apa yang terjadi. Seperti masalahku ini yang ternyata connect dengan masalahnya dia, haha. Alhasil kami saling brainstorming, mencoba menelisik lebih dalam, dan berbagi. 

Dalam sesi sharing itu, Eka berkata, "Mungkin itu semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan lo, Yup." Dia mengatakan demikian karena aku bercerita juga tentang tulisan Kak Hila yang related dengan apa yang aku rasain dan aku yakini bukan kebetulan. Perkataan Eka itu benar-benar menjadi penegasan yang membuatku semakin sadar, Allah تعالا menjawab pertanyaanku melalui hal-hal yang tidak terduga—termasuk dalam sesi sharing ini yang menjadi titik terang dalam memahami masalah yang tengah terjadi. 

Inti dari percakapan kami adalah bahwa sabar menjadi solusi terbaik dalam menghadapi masalah. Memangnya apa lagi yang harus kita lakukan? Ya, sebagai manusia yang memiliki masalah tentu kita butuh marah, butuh menangis, butuh cerita, butuh untuk melampiaskan emosi yang bertujuan untuk melegakan diri. Namun, setelah itu, tentu saja masalah itu belum selesai, bukan? Maka, kita sampai oada solusi terbaik yaitu, bersabar dan salatlah sebagai penenangnya. 

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." [QS. Al Baqarah: 45]  

Dalam waktu tiga hari, aku benar-bsnar banyak sekali belajar tentang memahami kehidupan yang penuh masalah ini. Setiap dari kita akan memiliki masalah dan punya cara tersendiri dalam mengahadapi serta menyesalkannya. Namun, bersabar menjadi solusi dan yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. 

Aku oribadi adalah tipe orang yang harus cerita, alhamdulillah Allah تعالا menemukanku dengan sosok teman yang tepat dan tahu cara memposisikan diri sebagai pendengar yang baik, begitu juga sebaliknya, aku akan menjadi pendengar terbaiknya. Kadang-kadang ketika seseorang cerita akan apa yang dia hadapi, dia tidak butuh solusi, kadang dia hanya butuh telinga untuk mendengarkan ceritanya. Setidaknya, prinsip itu yang diterapkan aku dan Eka ketika saling bercerita. 

Mungkin kita pernah berada di titik terendah, merasa terpuruk akan hal-hal buruk yang terjadi di hidup kita. Menerima tekanan dari orang lain, dari keadaan, bahkan dari diri sendiri. Namun, satu hal yang harus kita ketahui adalah semua itu datang dari Allah تعالا, tetapi bukan berarti kita harus menyalahkan dan bersu'udzon kepada Allah تعالا, na'udzubillahi mindzalik—jangan, ya. Alllah تعالا mungkin sedang merencanskan sesuatu yang indah dan itu akan menjadi kabar baik di tengah-tengah permasalahan kita, 'kan?

Kalau dalam kasusku, aku belajar untuk tidak berhenti berdoa sampai aku mendapatkan kabar bsik. Aku ingin selalu mendapatkan kabar baik selamanya, maka aku tidak akan pernah berhenti berdoa. Jika, yang didapat kabar buruk? Mungkin Allah تعالا ingin aku terus bersujud dan berdoa kepada-Nya. Aku bisa dan aku sabar menghadapinya, meski sulit, tetapi aku yakin Allah bersama orang-orang yang bersabar dan mau instrospeksi diri. Mungkin saja kabar buruk adalah sesuatu yang terbaik untuk dijadikan ajang menjadi manusia yang lebih baik. 

Aku juga belajar untuk tidak bertanya tentang mengapa dan mengapa, tetapi harus bertanya perihal bagaimana dan bagaimana. Sebab, masalah butuh bagaimana cara menghadapinya, bukan mengapa harus menghadapinya. Kita adalah bagian dari kehidupan, dan kehidupan tidak pernah luput dari masalah, setiap masalah tidak akan terjadi tanpa alasan, dan Allah تعالا menggenggam alasan itu bersama kabar baik untuk kita terima, aamiin, insyaa Allah. 

Sebab, kita butuh masalah untuk belajar

Pada akhirnya sabar, ya, semuanya akan baik-baik saja.  Sending love for you guys. <3

Next Post Previous Post
3 Comments
  • Anonim
    Anonim 3 Juli 2022 pukul 22.52

    Kita butuh masalah untuk belajar.. Allah mengirimkan masalah sebagai pesan cintanya agar kita kembali pada NYA

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 4 Juli 2022 pukul 14.31

      Learning by doing, ya, Kakk.

  • Abah Abahski
    Abah Abahski 4 Juli 2022 pukul 23.12

    Sejatinya kita harus bersyukur ketika dihadapkan pada suatu masalah bukan malah mengutuknya, karena hakikatnya Tuhan memberikan masalah sebagai bentuk kasih sayang dan ingin kita menjadi lebih baik. (Reminder buat diri sendiri juga)

Add Comment
comment url