Enggak Kuliah, Emang Bisa Apa?

SEKOLAH yang bener, ya, biar jadi sarjana!” 

Seenggaknya hal itu jadi petuah pamungkas dari para orang tua terhadap anaknya. Paham, semua orang tua pasti menginginkan punya anak yang berprestasi, paling enggak bisa lulus pendidikan dengan gelar sarjana. Siapa sih yang enggak bangga liat anaknya diwisuda pakai toga dan menyandang gelar sarjana? Jangankan orang tua, anaknya sendiri yang susah payah menuntaskan skripsi pun merasa amat bangga sekaligus lega.

Orang tua rela melakukan apa pun supaya sang anak mengemban pendidikan tinggi-tinggi. Kalau punya gelar, seenggaknya lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan ketimbang enggak ada gelar sama sekali. Mungkin, ini yang dikhawatirkan banyak orang tua. Namun, enggak semua orang tua bisa begitu, ada segelintir orang tua yang memilih untuk enggak memperjuangkan itu karena memang terimpit tekanan dari berbagai keadaan. Anaknya pun harus memahami dan memakluminya.

Dan, kehidupan yang sesungguhnya pun dimulai.

Ketika Keadaan Mengharuskan Kamu untuk Enggak Kuliah

Enggak kuliah bisa apa
Aku juga bukan seseorang yang bergelar sarjana kok. Aku memahami, bahwa banyak hal yang mengharuskan kamu untuk enggak kuliah. Umumnya sih faktor ekonomi, tetapi kita enggak bisa mengabaikan faktor lainnya juga, ‘kan? Apa pun penyebabnya, kita sama-sama tau risiko dan konsekuensi apabila kita enggak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Siapa pun punya hak untuk menentukan arah hidupnya. Mau kuliah atau enggak, ya, enggak ada masalah. Selama kita tau apa-apa aja risiko dan konsekuensi yang akan dihadapi. Kalau kuliah, bagaimana caranya kita bisa memanfaatkan waktu, enggak cuma belajar di kelas, tetapi memanfaatkan peluang berkomunitas sebagai ajang pengembangan diri. Dan, kalau enggak kuliah? Tentu akan lebih susah lagi karena enggak ada wadah untuk belajsr secara intens dan mengembangkan diri dengan fasilitas seperti yang tersedia di kampus.

Lantas berarti kalau enggak kuliah enggak bisa belajar dan enggak bisa mengembangkan diri?

Ya, enggak gitu. Kamu bisa kok belajar di mana aja. Ingat, sekarang media sosial udah berkembang pesat. Gunakan waktu dan uang kamu untuk investasi jangka panjang. Investasi di sini maksudnya sumber daya manusia. Misalnya, kamu memanfaatkan waktu untuk belajar apa yang kamu suka melalui internet. Atau, kamu bisa menggunakan uang kamu untuk mengikuti kelas atau webinar. Pun, sekarang banyak kok kelas dan webinar gratisan yang bisa kamu dapatkan dengan mudah.

Tip belajsr di media sosial, daripada hanya sekadar scrolling, kamu bisa mengikuti akun-akun edukasi. Bamyak, lo, konten edukasi yang dikemas dengan hiburan. Jadi, kamu bisa belajar sambil main medsos .

Artinya, kita yang enggak melanjutkan kuliah ini, tetap harus punya kesadaran akan diri di masa depan. Enggak mungkin, ‘kan, kita hanya mengikuti alur kehidupan tanpa merancang dan mengusahakan cita-cita? Rasa-rasanya waktu terasa singkat dan sia-sia kalau enggak ada tujuan. Masing-masing pilihan hidup tetap punya struggle-nya kok. Yang kuliah punya struggle sendiri, yang enggak kuliah pun begitu. Pada akhirnya, tinggal bagaimana kita sebagai individu bisa survive untuk jadi apa yang kita mau, apa pun keadaannya.

Rasa Minder yang Melanda karena Enggak Kuliah

Minder karena enggak kuliah
Aku memahami betul betapa kamu punya rasa minder karena enggak kuliah. Kalau-kalau pada suatu waktu enggak sengaja bertemu dengan teman sekolah, betapa kamu cemas akan muncul pertanyaan terkait kehidupan kamu. Enggak sedikit mungkin yang memilih untuk enggak mengikuti reunian sekolah. Bahkan, enggak jarang kamu merasa minder dengan teman-teman lain yang udah lulus dan mendapatkan pekerjaan tetap.

Belum lagi stigma realitas tentang sulitnya mencari pekerjaan karena enggak punya gelar sarjana membuatmu makin cemas. Aku sering mendengar cerita teman-teman, baik yang udah kuliah ataupun enggak. Mereka punya struggle dalam mencari pekerjaan. Dari sini aku belajar bahwa enggak selamanya gelar sarjana memudahkan mencari pekerjaan. Pelajaran yang aku dapat adalah, bagaimana cara kita memanfaatkan privillege untuk bisa meraih apa yang kita mau. Bisa kuliah merupakan sebuah privillege dan kesempatan. Kuliah membantu kamu untuk mengenal potensi, mengembangkan relasi, belajar kerja sama melalui organisasi, dan belajar komunikasi yang baik. Namun, enggak semua dari mereka yang berkuliah dapat memanfaatkan hal itu. Apakah ini merupakan sebuah kesalahan? Enggak juga. Di sisi lain aku memahami, ada beberapa—bahkan banyak anak kuliahan mengalami salah jurusan entah karena paksaan orang tua yang enggak sesuai dengan keinginan atau memang karena hal lain. Aku memakluminya dan itu bukan hal mudah. Pada akhirnya, semua itu tentang pola pikir.

Kalau yang kuliah aja kadang masih susah mendapatkan pekerjaan. Bagaimana yang enggak kuliah sama sekali? Stigma ini yang mesti kita lalui bersama. Kita enggak punya privillege atau bisa kuliah. Namun, bukan berarti kita harus menyerah dengan keadaan. Jangan mudah menyerah dengan rasa minder, apa lagi hanya karena enggak kuliah. Mungkin beberapa dari kamu ada yang memilih langsung kerja setelah lulus SMA, enggak sedikit, kok, dari mereka yang mendapatkan pekerjaan setelah lulus SMA. Kalau masih belum ada pekerjaan dan enggak kuliah, banyak hal yang bisa kamu lakukan. Dibanding harus berjibaku dengan rasa minder. Satu hal aku sadari adalah betapa skill itu amat penting. Mungkin selama ini kamu hanya berfokus pada gelar sarjana yang kamu enggak punya. Padahal, kamu punya skill potensial. Potensi yang kalau kamu pelajari dam giat belajar, kamu punya peluang seperti mereka yang bergelar sarjana untuk mencapai karier.

Proses Pembelajaran: Bukan Sarjana, bukan Berarti Enggak Bisa Berkarya

proses pembelajaran
Aku sedang enggak membicarakan tentang kesuksesan. Standar sukses orang berbeda. Aku hanya ingin menjelaskan betapa proses kehidupan amat penting. Pola pikir kita terhadap keadaan kita sendiri juga amat penting. Begitu juga dengan cara pandang kita terhadap keadaan. Misal, kamu saat ini enggak kuliah karena keadaan dan kamu tetap mau produktif berkarya. Daripada minder dan . membandingkan diri dengan orang lain, mendingan fokus belajar dengan fasilitas seadanya, ‘kan? Jadi, waktumu enggak sia-sia. 

Tulisan ini untuk kamu yang merasa minder karena enggak kuliah dan minder dengan teman-teman lain bergelar sarjana. Setiap kesempatan punya peluang kok. Tinggal bagaimana kamu mau mengambil peluang itu atau enggak? Cita-cita itu bisa dikejar dari sisi mana aja. Enggak kuliah bukan berarti bodoh atau enggak berpendidikan. Memang, belajar di kampus akan lebih mudah. Namun, kadang kita juga harus realistis, kita enggak bisa membandingkan diri kita yang enggak kuliah dengan mereka yang kuliah. Ini enggak adil.

Ketika kamu sadar kalau keadaan enggak memungkinkan kamu untuk kuliah. Jangan menyalahkan keadaan, apa lagi mengatakan kalau mereka yang kuliah jalan hidupnya ‘enak’. Enggak begitu, nyatanya masing-masing orang punya struggle-nya sendiri. Mereka juga sampai berdarah-darah memperjuangkan gelar sarjana. Kamu pun berdarah-darah memperjuangkan cita-cita kamu. Semua orang punya masalah dalam setiap alur hidupnya. Bersyukur dan terima. 

Kemudian, banyak yang bisa kamu lakukan untuk tetap belajar dan produktif meskipun enggak kuliah. Salah satunya dengan mengikuti komunitas. Kamu harus tau lebih dulu, kamu sukanya apa? Suka nulis, ya, cari komunitas kepenulisan. Biasanya di masing-masing komunitas punya kelas kepenulisan sendiri. Jadi, dari komunitas tersebut kamu bisa menjaring relasi, belajar komunikasi melalui diskusi, dan belajar mengembangkan potensi menulis kamu. Apa pun bidangnya, kamu harus effort lebih untuk mencari produktivitas. Perlahan-lahan, kalau skill kamu udah mumpuni, kamu bisa mulai berkarya dan berkarier. Mulai dari freelancer, kamu pun bisa melamar pekerjaan di perusahaan mengandalkan sertifikat dari kelas dan webinar yang kamu ikuti dan pengalaman yang kamu punya.

Selama kita mau mencari jalan, akan selalu ada jalannya, ‘kan? Buang rasa minder kamu dan fokus dengan potensi yang kamu miliki. Seenggaknya itu yang mau aku bagikan ke kamu. Bahwa belajar bisa di mana aja. Tergantung kesadaran dan kemauan kita. Apa pun alur hidup yang terjadi, ketika kamu punya impian, banyak jalan untuk meraihnya. Yang bikin kamu sulit untuk meraihnya, ya, diri kamu sendiri. Sukses itu bukan hanya tentang apa dan berapa yang kamu hasilkan, melainkan seberapa jauh kamu mampu belajsr dari setiap proses yang dihadapi. Enggak akan ada hasil, kalau enggak ada proses. Semangat, ya! <3

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url